header ads

14 Februari, Selamat Ulang Tahun Kiai...


Sebagai muslim Indonesia, terlebih warga Nahdliyyin, alangkah baiknya jika kita tidak ikut larut dalam perayaan hari valentine (yang sering disebut hari kasih sayang). Perayaan tersebut dikhawatirkan akan menggerus keimanan dan ketakwaan kita. Pasalnya, sejarah mengenai valentine, menyebutkan bahwa valentine berasal dari sebuah festival. Ada beberapa versi legenda yang menyatakan berita ini. Namun sampai saat ini masih belum tahu cerita mana yang memang benar menghasilkan acara valentine. Salah satunya adalah Festival Lupercalia, sudah menjadi tradisi bangsa Romawi kuno yang tidak terlepas dengan hal-hal yang berbau seks. Kebenaran ini pernah ditulis oleh J.A North dalam The Journal of Romance to this volume 98 2008. (sumber detik news.com)

Selain itu Lupercalia merupakan tradisi nenek moyang Romawi kuno yang tidak bermoral dan tidak melambangkan kehangatan atau kasih sayang sama sekali. Meskipun, konon pada sebuah waktu tertentu tradisi ini diubah menjadi lebih baik. Festival Lipercalia yang sering kali dilakukan kala itu, dianggap sebagai salah satu tradisi untuk menghormati Dewa kesuburan pada zaman pra Romawi. Oleh karenanya, sekali lagi, alangakah sebaiknya kita tidak mengikuti dan melestarikan budaya non Islam sebagaimana yang dilakukan orang-orang terdahulu itu. Naudzubillah..

Sebanarnya ada yang lebih penting daripada kita mengiikuti dan merayakan hal yang tak jelas dengan sebutan valentine itu, ialah peringatan hari lahir sangmaha guru, tokoh sentral dan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Ya, Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari yang dilahirkan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 14 Februari 1871. Tanggal tersebut bertepatan dengan Selasa Kliwon, 24 Dzul Qo’dah 1287 H.

Mbah Hayim Asy’ari yang memeiliki gelar Hadratusy Syekh ialah orang yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau mengajak para santrinya untuk berjuang melawan penjajah. Bahkan beliau mempelopori dan menyuarakan bahwa berjuang melawan penjajah hukumnya fardlu ‘ain, wajib bagi setiap orang muslim Indonesia.

Dilansir dari nu.or.id, bukti yang menunjukkan peran KH Hasyim Asy’ari sangat krusial ialah ketika Bung Tomo dan bahkan Bung Karno meminta fatwa dari beliau tentang hukum melawan penjajah. Dari situlah lahir “Resolusi Jihad” yang kemudian membuahkan perjuangan para pemuda pada tanggal 10 November di Surabaya melawan Belanda.

Namun, meski KH Hasyim Asy’ari adalah ulama kharismatik yang kedalaman ilmunya tidak diragukan, tetapi beliau tetap tidak lantas bersikap gagah dan tinggi hati. Justru karena kedalaman ilmu beliau lah yang menjadikannya sosok pengayom masyarakat yang welas-asih dan toleran.

Mbah Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari sepuluh bersaudara dengan sosok ayah bernama Kiai Asy’ari, pengasuh Pesantren Keras di Jombang sebelah Selatan. Beliau memiliki garis keturunan dengan Sultan Pajang (Jaka Tingkir/Adipati Adiwijaya) dan masih terkait dengan Raja Majapahit, Raja Brawijaya V.

Mbah Hasyim yang juga Rois Akbar NU itu, mempunyai sanad keilmuan yang panjang. Tetapi dasar-dasar pelajaran agama Islam beliau peroleh dari bimbingan sang kakek, yakni Kiai Usman yang juga seorang pimpinan Pesantren Nggedang di Jombang. Sewaktu menginjak usia 15 tahun, Hasyim Asy’ari muda berkelana menimba ilmu dari berbagai tokoh dan pesantren. Beberapa di antaranya yang tercatat; Pesantren Siwalan di Sidoarjo, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang dan Pesantren Kademangan di bawah pengajaran Syaikhona Kholil (Bangkalan) bersama KH Ahmad Dahlan muda.

Jadi, sekali lagi - dengan tegas - sudah seharusnya kita warga nahdliyin dan muslimin Indonesia mengingat hari lahir KH. Hasyim Asy’ari sebagai pahlawan kemerdekaan pada 14 Februari ini, dari pada kita memperingati hari valentine yang tidak jelas itu.

Selamat Ulang Tahun Kiai...
Selamat Ulang Tahun Hadratusy Syekh...
Selamat Ulang Tahun Guru kami...

Diolah dari berbagia sumber oleh :
Azaz Riyadi, Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Desa Lebak, Pakis Aji Jepara